Asal-usul rendang ditelusuri berasal dari Sumatera, khususnya
Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, rendang sudah ada sejak dahulu dan
telah menjadi masakan tradisi yang dihidangkan dalam berbagai acara adat
dan hidangan keseharian. Sebagai masakan tradisi, rendang diduga telah
lahir sejak orang Minang menggelar acara adat pertamanya. Kemudian seni
memasak ini berkembang ke kawasan serantau berbudaya Melayu lainnya;
mulai dari Mandailing, Riau, Jambi, hingga ke negeri seberang di Negeri Sembilan yang banyak dihuni perantau asal Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas baik di Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Sejarawan Universitas Andalas, Prof. Dr. Gusti Asnan menduga, rendang telah menjadi masakan yang tersebar luas sejak orang Minang mulai merantau dan berlayar ke Malaka
untuk berdagang pada awal abad ke-16. “Karena perjalanan melewati
sungai dan memakan waktu lama, rendang mungkin menjadi pilihan tepat
saat itu sebagai bekal.”
Hal ini karena rendang kering sangat awet, tahan disimpan hingga
berbulan lamanya, sehingga tepat dijadikan bekal kala merantau atau
dalam perjalanan niaga.
Rendang juga disebut dalam kesusastraan Melayu klasik seperti Hikayat Amir Hamzah yang membuktikan bahwa rendang sudah dikenal dalam seni masakan Melayu sejak 1550-an (pertengahan abad ke-16).
Kelahiran rendang tak luput dari pengaruh beberapa negara, misalnya
bumbu-bumbu dari India yang diperoleh melalui para pedagang Gujarat,
India. Karena diaduk terus-menerus, rendang identik dengan warna hitam
dan tidak memiliki kuah.
Rendang kian termahsyur dan tersebar luas jauh melampaui wilayah aslinya berkat budaya merantau
suku Minangkabau. Orang Minang yang pergi merantau selain bekerja
sebagai pegawai atau berniaga, banyak di antara mereka berwirausaha
membuka Rumah Makan Padang
di seantero Nusantara, bahkan meluas ke negara tetangga hingga Eropa
dan Amerika. Rumah makan inilah yang memperkenalkan rendang serta
hidangan Minangkabau lainnya secara meluas.
Rendang juga menjadi makanan yang disajikan khusus untuk hari raya
Idul Adha. Banyaknya daging kurban membuat masyarakat Padang
berlomba-lomba memasak rendang.
JENIS
Dalam memasak daging berbumbu dalam kuah santan, jika ditinjau dari kandungan cairan santan , sebenarnya terdapat tiga tingkat tahapan, mulai dari yang terbasah berkuah hingga yang terkering: Gulai — Kalio — Rendang. Dari pengertian ini rendang sejati adalah rendang yang paling rendah
kandungan cairannya. Akan tetapi secara umum dikenal ada dua macam jenis
rendang: rendang kering dan basah.
Rendang Kering
Rendang kering adalah rendang sejati dalam tradisi memasak Minang.
Rendang ini dimasak dalam waktu berjam-jam lamanya hingga santan
mengering dan bumbu terserap sempurna. Rendang kering dihidangkan untuk
perhelatan istimewa, seperti upacara adat, kenduri, atau menyambut tamu
kehormatan. Rendang kering biasanya berwarna lebih gelap agak coklat
kehitaman. Jika dimasak dengan tepat, rendang kering dapat tahan
disimpan dalam suhu ruangan selama tiga sampai empat minggu, bahkan
dapat bertahan hingga lebih dari sebulan jika disimpan di kulkas, dan
enam bulan jika dibekukan. Beberapa kalangan berpendapat bahwa citarasa
rendang asli Minang adalah yang paling lezat dan tiada dua — jauh
berbeda dengan rendang di sejumlah kawasan Melayu lainnya
Rendang Basah
Rendang basah, atau lebih tepatnya disebut kalio, adalah
rendang yang dimasak dalam waktu yang lebih singkat, santan belum begitu
mengering sempurna, dan dalam suhu ruangan hanya dapat bertahan dalam
waktu kurang dari satu minggu. Rendang basah berwarna coklat terang
keemasan dan lebih pucat.
Rendang juga dikenal di negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Rendang yang ditemukan di Malaysia lebih mirip kalio,
berwarna lebih pucat dan basah dengan citarasa yang tidak begitu kuat.
Rendang Malaysia yang disebut rendang kelantan dan rendang negeri
sembilan memiliki perbedaan dengan rendang Indonesia. Proses memasak
rendang di Malaysia, lebih singkat dan melakukan pengentalan bumbu
dengan dicampur kerisik
(kelapa parut yang disangrai), bukan dengan proses pemasakan dengan api
kecil dalam waktu yang lama. Karena keterkaitan sejarah melalui
kolonialisasi, rendang juga dapat ditemukan di Belanda, juga dalam bentuk kalio, tetapi umumnya disajikan sebagai salah satu bagian dari lauk-pauk Rijsttafel.